Sulit Orgasme

01-sufiApakah Anda termasuk orang yang sulit orgasme? Kalo iya, sudah saatnya merenung mengapa bisa terjadi demikian dan mencari solusi. Mohon jangan berpikiran buruk dulu, karena orgasme yang dimaksud di sini adalah orgasme spiritual, bukan orgasme dalam arti biologis.
Saya sungguh tertarik membaca artikel mas blogger senayan beberapa waktu lalu. Dalam tulisannya disebutkan, orgasme spiritual didapat mereka yang melakukan dan memahami SUFI MEHFIL, mahakarya Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau biasa disebut dengan Jalaluddin Rumi atau Rumi. Penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afghanistan) pada 6 Rabi’ul Awwal tahun 604 Hijriah, atau pada tanggal 30 September 1207 M itu begitu luar biasa dalam pendekataanya kepada Tuhan.

SUFI MEHFIL adalah tarian yang mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayang yang maha tinggi dari seorang hamba kepada sang Robbii. Sebuah ritual para sufi untuk mengajak hati, akal, ruh untuk memuji-muji Tuhan dengan 99 asma’ul husnahnya, dilanjutkan dengan menari dengan berputar-putar ratusan, bahkan ribuan kali. Orang barat menyebutnya The Whirling Dance atau tarian memutar tubuh dengan arah berlawanan jarum jam. Kita mungkin lebih akrab menyebutnya tarian sufi. Pada suatu titik tertentu, para penari sufi itu akan mencapai titik klimaks, ambruk ke lantai, otot-otot meregang dalam sesaat dan…akhirnya lemas. Itulah orgasme spiritual ala sufi mehfil-nya Rumi. Puncak dari penghayatan terdalam kepada Pencipta Alam Semesta.

Tentu kita tak harus begitu untuk mendapatkannya, sebab, percintaan kita dengan Tuhan bisa dengan seribu lebih cara. Tapi bagaimana dengan orang yang punya pekerjaan seperti saya? Banyak yang menyebut orang beperkerjaan seperti saya sulit mendapatkan orgasme spiritual. Mengacu pada jam kerjanya yang tak terukur, cumbu rayu dengan Tuhan acapkali bukan menjadi yang wahid (pertama). Saat Ramadhan datang, kemungkinan itu semakin besar. Betapa tidak, tarawih yang harusnya menjadi media bertegur sapa, berpelukan, dan bermesraan dengan Tuhan telah terbentur dengan jam penyelesaian kerja.

Dulu jaman masih bocah, menikmati malam-malam Ramadhan adalah sebuah momen yang menghadirkan keteduhan jiwa luar biasa. Perasaan begitu tenang. Menyambut buka dan tarawih selalu bersemangat. Bisa jadi, saat itu saya telah mengalami orgasme spiritual meski kadarnya, tentu saja, tak setinggi Rumi.

Tapi rasa-rasanya sulit untuk mendapatkan sesuatu yang seperti itu sekarang ini. Ibadah saya masih bolong-bolong (memperhalus kata jarang sekali). Namun yang pasti memang, tidak semua orang dan tak semua kuli tinta sulit mendapatkan kelezatan kekal itu. Kita gak pernah tahu embusan napas tiap-tiap orang. Bisa saja dalam tiap kepulan asap Dji Sam Soe, Sampoerna A Mild, Djarum LA, Gudang Garam, ato U Mild tersembur zikir-zikir suci. Kita juga tak bisa menebak bahwa tiap ketukan jari seseorang di keybordnya telah dibarengi dengan Kalimatullah, padahal dia bisa nggremeng gak karuan
Orgasme spiritual, hanya kita sendiri yang bisa menciptakannya. Terserah Anda, mau mencoba untuk sesering mungkin melakukannya, atau melewatkannya dalam umur yang tak lebih dari angka 0-100 itu…

***
Tulisan lama di FB yang sengaja saya terbikan di sini karena terinspirasi tulisan-tulisan teduh dan menyejukkan hati dari rekan kerja yang religius, pak bahtiar baihaqi.

18 responses to “Sulit Orgasme

  1. sungguh, betapa bahagianya bisa menggapai puncak orgasme ketika sedang melakukan komunikasi dengan Sang Pencipta. Namun, betapa tidak mudahnya utk menggapai kebahagiaan hakiki itu. selalau saja muncul godaan yang bisa mencederai proses menuju puncak orgasme itu. wah, tulisan yang menarik dan mencerahkan, mas teguh.

  2. mas, judulnya itu menjebak sekali hahahaaa….
    enak nih pagi-pagi baca begini, otak masih segar utk mencerna… 🙂 **tp tetepp sambil makan crackers sepotong …

  3. Puncak orgasme spiritual pernah saya rasakan di tanah kelahiran Nabi SAW, mdh2n saya sll mampu menjaga kenikmatan itu sampai ajal menjemput nanti

  4. Hhhmm…May be penghayatan paling memungkinkan ya saat tengah sholat tahajud, dengan heningnya malam saat itu kita akan lebih bisa menghayati arti kita hidup di dunia ini…

    Semoga….

  5. Keindahan beribadah…rasanya menyebut dgn istilah semacam itu sepertinya inginnya kita bisa membuatnya semacam itu juga…semestinya….

    Apa mungkin sewaktu kita masih kecil itu, kita blon punya dosa kali yaaa…jadi setiap kali Rhamadan yg berkah itu selalu menimbulkan kenangan tentang keindahan beribadah itu….

  6. Klo aku malah takut, jangan2 selama ini sekadar berupaya menopengi diri dari bopeng2 dan telah berhasil menipu Mas Teguh. Terutama juga menipu diri sendiri.
    Hingga saat ini pun aku sekadar berusaha meredakan ketakutan2 itu dan konflik2 batin lain. Yang pasti, sebagai (sesama) “orang malem”, hampir tak ada waktu buat tahajud. Aku pun sulit menghadiri pengajian RT yang selalu diadakan akhir pekan dan pada malam hari. Jadi, benarkah aku religius? Jadi malu aku.

Leave a reply to joe Cancel reply