Kalimat apa lagi yang mesti dipakai untuk menggambarkan kematian beruntun satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) akhir-akhir ini? Haruskah kita mengutuk, menghujat, atau justru memberi solusi? Ah, entahlah. Bicara apapun tentang kejadian ini rasanya juga percuma. Tidak ada yang benar-benar berubah dari tempat ini.
Setahun silam, kematian beruntun satwa juga terjadi. Begitu mengenaskannya hingga membuat dunia memberikan sorotan. “680 deaths! What kind of place was that?”, tanya Maria Martinez menahan geram. Aktivis penyayang binatang asal Spanyol itu terlihat sangat marah ketika membaca laporan tentang kematian beruntun satwa KBS di situs care2. Kegeraman Maria dituangkan dalam kolom komentar di bawah berita yang menyebut dalam dua tahun lebih dari 600 satwa mati di kebun binatang legendaris itu. Maria tak sendiri. Cindy C, asal Yorkhsire, Inggris, pun murka. “Oh my god that is so dreadful,” ujarnya bergidik.
komodo koleksi KBS (ANTARA)
Care2, situs yang mengampanyekan pelestarian lingkungan dan kesejahteraan satwa (animal welfare) termasuk yang paling aktif menyajikan situasi KBS saat itu. Dimulai dari kematian kanguru dan harimau Sumatera hingga tentang kisah berakhirnya hidup Osama, singa Afrika. Ketika mengungkap data kematian satwa-satwa itu, komentar dan kecaman bermunculan. Bahkan, Gerlinde P, salah satu member situs itu dengan ketus melontarkan kekesalannya. ”Tutup saja, kebun binatang itu tak lebih dari sampah!”
Jangan mengira bahwa borok KBS hanya menjadi konsumsi dalam negeri. Di kalangan aktivis penyayang binatang mancanegara, kebun binatang surabaya kini masuk dalam daftar hitam. Dalam berbagai situs, blog perlindungan satwa, dan blog komunitas, berita kematian satwa KBS cukup menonjol. Lebih dari itu, sejumlah media online dan koran cetak luar negeri memberikan porsi lumayan tentang prahara itu. Continue reading →
0.000000
0.000000